Minggu, 12 Desember 2010

Untitled

Hii people, welcome to december!! yeah, the last month in this year. Now, I will talk about something that I fell in the next week.
Mungkin beberapa orang udah tau saya gak ikut, company visit ke jogja,semarang. I'ts difficult choice but sgala yang terjadi di hidup saya memang bukan kebetulan dan minggu ini saya dapet pelajaran dari dua orang, yang satu keluarga saya dan yang satu lagi ya si Miss MD ini.
Nah sekarang saya mau cerita tentang si Miss MD ini, Beliau pertama kali saya liat di kelas PAK semester kemarin, kalo boleh dikomentarin dari sisi penampilan dia jauh dari kata modis, dari sisi intelektual juga saya boleh katakan jauh dari jenius, smart, otak encer, dsb. Tapi ada yang spesial dari dirinya yang baru saya temuin disini. Entah kenapa pas pulang aplikom waktu itu gw males banget lewat prodi lama makanya w pilih lwt depan labschool pas itu w ngeliat ni anak, langsung aja w teriak manggil. Pas ditanya mau kemana ni anak bilang mau pulang lha ngapain lewat arah k perpus kan tambah jauh kata gw trus kata ni anak biarain aja qu seneng koq jalan-jalan. Yodah anterin w ke perpus bentar ya ntar kita jalan bareng k tempat nunggu angkot lewat gerlong. Udah deh mau tuh anak w suruh gitu
Selesai dari perpus kita jalan bareng dia sambil cerita2 gitu deh ya cerita tentang dosen yang sama, matakuliah, natal, kelas pak, dsb. Ohiya Sabtu kemarin kami ke Natal kampus bareng lho.. Hehhe :)
Yah seperti postingan yang beberapa hari lalu w tulis di status yang gini 
Perbedaan memang membuat warna, tapi satu visi juga perlu

"Bird as the same feather are flock together" And the question is, where the same 'feather' as me?"

Ya, mungkin itu cukup menggambarkan bagaimana keadaan w sekarang, you know lah w bak 'bird' dalam tulisan itu. Sambil jalan w dan si Miss MD ini, saling bergumul tentang kehidupan kami di kampus ini. Selain itu saya juga mencoba menyemangatinya jika ia berkeluh kesah, saya coba mensupportnya padahal kami dalam kondisi yang tidak jauh berbeda. Dari semua cerita yang ada benang merah dari itu, ya sama yakni, kami merindukan adanya, "Mr/Miss Study Holic" yang bisa memotivasi kami untuk belajar lebih. Dikelas kami juga merasakan hal yang sama dalam beberapa situasi, pas denger curhatan dia, w langsung mikir oh ternyata dikampus ini w gak sendirian banget koq, masih ada teman sebangsa dan setanah air, walu tak sekelas. Bahkan cewek yang terkesan lemah ini melontarkan kata-kata keras dari mulutnya kurang lebih gini, "kalo anak idealis kayak kamu gini gak bakal sukses kalo di kelas aku (Miss MD) yang bakalan maju ya para Penjilat itu". Weew terkejut abis w pas denger kata-kata  itu w kira hanya kekesalan ku terhadap mahluk-mahluk itu sudah sangat tinggi, tapi ternyata ada yang lebih dahsyat toh.

If u see the beautiful  pitcure on top yeah, they can because same feather and one vision.

Thanks 4 hearing me Blooger.


Selasa, 07 Desember 2010

How to be a Problem Solver

Menjadi Seorang Problem Solver yang Profesional

Oleh:

Prof. Dr. Vincent Gaspersz, CFPIM, CSCP.

Guru Besar Teknik Industri di Trisakti dan konsultan di berbagai perusahaan (Salim Group,  Astra, Gajah Tunggal, dll)


Dalam setiap bidang kehidupan, kita harus menjadi seorang problem
solver yang profesional. Namun dalam kenyataan tidak banyak orang
yang berhasil, malahan mereka menjadi frustrasi dan kemudian
menyalahkan lingkungan atau faktor-faktor di luar pengendalian
(uncontrollable causes), yang pada akhirnya berakibat pada Stress
(lulus S1), lalu meningkat menjadi Stroke (lulus S2) dan pada
akhirnya mengakibatkan Stop-kematian (lulus S3), dari Universitas
Kehidupan!

Penulis selalu menggunakan pendekatan yang terdiri dari tiga langkah
untuk menyelesaikan masalah, dan dalam praktek terbukti ampuh! Dengan
demikian konsep problem solving ini bukan teori belaka, tetapi telah
terbukti keberhasilannya. Jika konsep ini diterapkan dan tidak
berhasil, maka kesalahan bukan pada konsep ini tetapi karena
ketidakprofesionalan semata dari orang yang menerapkan konsep ini.

Ketiga langkah tersebut adalah: (1) mengidentifikasi masalah secara
tepat, (2) menemukan sumber dan akar penyebab dari masalah itu, dan
(3) mengajukan solusi masalah secara efektif dan efisien.

Langkah Pertama: Mengidentifikasi Masalah Secara Tepat

Secara konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai
kesenjangan atau gap antara kinerja aktual (A) dan target kinerja (T)
yang diharapkan, sehingga secara simbolik dapat dituliskan persamaan:
M = T - A. Berdasarkan konsep ini, maka seorang problem solver yang
profesional harus terlebih dahulu mampu mengetahui berapa atau pada
tingkat mana kinerja aktual (A) pada saat ini, dan berapa atau pada
tingkat mana target kinerja (T) itu akan dicapai dan kapan harus
mencapai target kinerja (T) itu? Pada tahap awal ini, kita harus
mampu mendefinisikan secara tegas apa masalah utama (M Besar) kita,
kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja aktual (A) kita pada
saat sekarang, dan juga menetapkan target kinerja (T) dan kapan waktu
pencapaian target kinerja (T) itu?

Langkah Kedua: Menemukan Sumber dan Akar Penyebab dari Masalah

Suatu solusi masalah yang efektif adalah apabila kita berhasil
menemukan sumber-sumber dan akar-akar penyebab dari masalah itu,
kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan akar-akar penyebab
itu.

Untuk dapat menemukan akar penyebab dari suatu masalah, maka kita
perlu memahami dua prinsip yang berkaitan dengan hukum sebab-akibat,
yaitu:

1. Suatu akibat terjadi atau ada hanya jika penyebabnya itu ada
pada titik yang sama dalam ruang dan waktu.

2. Setiap akibat mempunyai paling sedikit dua penyebab dalam
bentuk: (a) penyebab yang dapat dikendalikan (controllable causes)
dan (b) penyebab yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable
causes). Penyebab yang dapat dikendalikan berarti penyebab itu berada
dalam lingkup tanggung jawab dan wewenang kita sehingga dapat diambil
tindakan (actionable) untuk menghilangkan penyebab itu. Sebaliknya
penyebab yang tidak dapat dikendalikan berada di luar pengendalian
kita. Penyebab yang tidak dapat dikendalikan (berada di luar kontrol
kita) terdiri dari paling sedikit dua penyebab, yaitu: (b1)
penyebab yang dapat diperkirakan (predictable causes) sehingga
memungkinkan kita untuk mengantisipasi dan mencegahnya, dan (b2)
penyebab yang tidak dapat diperkirakan karena belum ada referensi
atau pengetahuan tentang kejadian itu sebelumnya.

Hal yang paling penting agar mampu mencapai solusi masalah yang
efektif dan efisien adalah memahami prinsip ke-2 dari hukum sebab-
akibat di atas, yaitu bahwa setiap akibat memiliki paling sedikit dua
penyebab dalam bentuk (a) penyebab yang dapat dikendalikan
(controllable causes) dan (b) penyebab yang tidak dapat dikendalikan
(uncontrollable causes). Untuk setiap penyebab yang tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable causes) akan terdapat lagi dua kategori
penyebab, yaitu: (b1) penyebab yang dapat diprediksi (predictable
causes) dan (b2) penyebab yang tidak dapat diprediksi sebelum
kejadian (unpredictable causes).

Prinsip ke-2 dalam hukum sebab-akibat di atas, mengajarkan
kepada kita bahwa setiap kali kita bertanya "Mengapa (Why)?", kita
seharusnya menemukan paling sedikit dua jenis penyebab di atas,
yaitu: (a) penyebab yang dapat dikendalikan, dan (b) penyebab yang
tidak dapat dikendalikan, selanjutnya untuk setiap penyebab yang
tidak dapat dikendalikan kita seharusnya mampu mengidentifikasi
apakah penyebab yang tidak dapat dikendalikan itu adalah (b1) dapat
diperkirakan atau diprediksi sebelum kejadian, dan (b2) tidak dapat
diprediksi atau diperkirakan sebelum kejadian.

Selanjutnya apabila kita mengumpulkan jawaban dari penyebab yang
dapat dikendalikan dan jawaban dari penyebab yang tidak dapat
dikendalikan namun dapat diperkirakan, maka dua tindakan solusi
masalah berikut dapat diambil, yaitu: (1) menghilangkan akar penyebab
yang dapat dikendalikan, dan (2) mengantisipasi melalui tindakan
pencegahan terhadap penyebab yang tidak dapat dikendalikan namun
dapat diperkirakan itu.

Selanjutnya akar-akar penyebab dari masalah yang ditemukan melalui
bertanya "Mengapa" beberapa kali itu dimasukkan ke dalam diagram
sebab-akibat yang telah mengkategorikan sumber-sumber penyebab
berdasarkan prinsip 7M, yaitu:

1. Manpower (tenaga kerja): berkaitan dengan kekurangan dalam
pengetahuan (tidak terlatih, tidak berpengalaman), kekurangan dalam
keterampilan dasar yang berkaitan dengan mental dan fisik, kelelahan,
stress, ketidakpedulian, dll.

2. Machines (mesin-mesin) dan peralatan: berkaitan dengan tidak
ada sistem perawatan preventif terhadap mesin-mesin produksi,
termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan
spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlalu
panas, dll

3. Methods (metode kerja): berkaitan dengan tidak ada prosedur
dan metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak
terstandardisasi, tidak cocok, dll.

4. Materials (bahan baku dan bahan penolong): berkaitan dengan
ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan penolong
yang digunakan, ketidaksesuaian dengan spesifikasi kualitas bahan
baku dan bahan penolong yang ditetapkan, ketiadaan penanganan yang
efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong itu, dll.

5. Media: berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak
memperhatikan aspek-aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan
kerja, dan lingkungan kerja yang kondusif, kekurangan dalam lampu
penerangan, ventilasi yang buruk, kebisingan yang berlebihan, dll.

6. Motivation (motivasi): berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja
yang benar dan profesional (tidak kreatif, bersikap reaktif, tidak
mampu bekerjasama dalam tim, dll), yang dalam hal ini disebabkan
oleh sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga
kerja.

7. Money (keuangan): berkaitan dengan ketiadaan dukungan
finasial (keuangan) yang mantap guna memperlancar peningkatan proses
menuju target kinerja yang telah ditetapkan itu.

Langkah Ketiga: Solusi Masalah Secara Efektif dan Efisien

Berdasarkan uraian di atas, maka kita dapat menyusun langkah-langkah
solusi masalah yang efektif dan efisien, yaitu:

1. Mendefinisikan masalah secara tertulis, yang berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apa (What): Apa yang menjadi Akibat Utama (Primary Effect) dari
masalah itu?
Bilamana (When): Kapan terjadi masalah itu, sewaktu-waktu atau
sepanjang waktu?
Di mana (Where): Di mana masalah itu terjadi, lokasi dalam sistem,
fasilitas, atau komponen?
Mengapa (Why): Mengapa Anda serius memperhatikan masalah ini,
berkaitan dengan signifikansi dampak dari masalah itu?

2. Membangun diagram sebab-akibat yang dimodifikasi untuk
mengidentifikasi: (a) akar penyebab dari masalah itu, dan (b)
penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat
diperkirakan.

3. Setiap akar penyebab dari masalah dimasukkan ke dalam diagram
sebab-akibat yang mengkategorikan berdasarkan prinsip 7M (Manpower-
tenaga kerja, Machines-mesin-mesin, Methods-metode kerja, Materials-
bahan baku dan bahan penolong, Motivation-motivasi, Media-lingkungan
dan waktu kerja, dan Money-dukungan finansial yang diberikan),
sedangkan penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan namun dapat
diperkirakan, didaftarkan pada diagram sebab-akibat itu secara
tersendiri.

4. Mengidentifikasi tindakan atau solusi yang efektif melalui
memperhatikan dan mempertimbangkan: (a) pencegahan terulang atau
muncul kembali penyebab-penyebab itu, (b) tindakan yang diambil harus
berada di bawah pengendalian kita, dan (c) memenuhi tujuan dan target
kinerja yang ditetapkan.

5. Menerapkan atau melakukan implementasi terhadap solusi atau
tindakan-tindakan yang diajukan itu. Setiap tindakan perbaikan atau
peningkatan kinerja seyogianya didaftarkan ke dalam rencana tindakan
(action plans) yang memuat secara jelas setiap tindakan perbaikan
atau peningkatan mengikuti prinsip 5W-2H (What-apa tindakan
peningkatan yang diajukan?, When-bilamana tindakan peningkatan itu
akan mulai diterapkan?, Where-di mana tindakan peningkatan itu akan
diterapkan?, Who-siapa yang akan bertanggungjawab terhadap
implementasi dari tindakan peningkatan itu?, Why-mengapa tindakan
peningkatan itu yang diprioritaskan untuk diterapkan?, How-bagaimana
langkah-langkah dalam penerapan tindakan peningkatan itu?, How Much-
berapa besar manfaat yang akan diterima dari implementasi tindakan
peningkatan itu dan berapa pula biaya yang harus dikeluarkan untuk
membiayai implementasi dari tindakan peningkatan itu).

Silakan mencoba konsep ini dalam praktek kerja Anda, jika masih GAGAL
agar menghubungi saya untuk berdiskusi, di mana letak kegagalan itu?
Taken From millis:  Manajemen-Industri-subscribe/at/yahoogroups.com

Senin, 29 November 2010

Paris Van Java

Tanah Pahrayangan memang jauh berbeda dari kota ku di besarkan. Walau jarak yang memisahkan hanya 125km dari Ibu Kota dan hanya ditempuh dengan 2jam berkendara di tol cipularang, namun sepertinya kota ini memiliki efek yang besar buat saya selama, beberap tahun ini atau tepatnya 2.5 tahun lagi.
Tiba di Bandung perubahan atmosfer langsung terjadi, ya udara yang agak menusuk tubuh karena dinginnya suhu ataupun dialek-dialek masyarakat disini yang sangat menjunjung tinggi bahasa daerahnya. Ya, bahasa sunda, yang sebenarnya sudah saya pelajari selama 9tahun dari SD sampe SMP namun sepertinya sekarang saya sedang mengalami Praktikum dari 9tahun saya belajar teori yang sangant membosankan. Beberapa contoh saya praktikan misalnya "Punten teh, Mangga kang, Nuhun neng" itu kata sapaan yang lazim disana. Pertamanya aneh untuk berbicara seperti itu namun sekarang sudah lumayan terlatihlah mulut saya dibanding 1 tahun yang lalu. Belum lagi kalau diangkutan umum ya penuh dengan kata-kata asing, misalnya "ka lebet", "ka harep", "payeun" dsb. Satu kata yang paling unik menurut saya adalah, "SETOPAN" agak lama otak saya menafsirkan kata ini dan ternyata kata setopan itu berarti perempatan lampu merah di jalan raya. Oh My GOD knapa gitu ya... mereka milih kata itu kaya gx ada kata yang lain yang lebih bagus. "Ke air" apakah maksud dari kata itu? yang orang Bandung pasti udah tau ya..benar ke air itu ucapan yang disebut masyarakat disini kalau mau ke toilet ke kamar mandi dsb. Aneh kan!@#& Kalau menurut saya aneh gilaa, pokonya masih banyaklah kosakata unik disini. Ohiya orang2 Bandung emang gx perlu diragukan lagi deh soal kreativitas mereka, gak cuman untuk membuat kosakata aneh tapi juga produk2 mulai dari kuliner, fashion, penak-pernik ya ketimbang Jabodetabek, Bandung mah udah rajanya-lah. Klo di jalan raya juga masyarakat disini lumayan tertib  berlalu-lintasn ya gak seperti Jakarta,Bekasi yang Huuft udah gak karuanlah macetnya di jam-jam sibuk, slip kanan salip kiri, ngetem seenaknya, tingkat kriminalitas disini masih cenderung rendah jadi gx perlu kuatir bangetlah soal keamanan dan kenyamanan di kota ini. Mau jalan-jaln di Bandung ongkosnya ga terlau mahal pula dan sekalipun bayar gak sesuai tarif supir angkotnya pasrah banget. Kalo d Jakarta ato Bekasi lo berani kayak gitu beuh harus berani juga di caci maki dengan semprotan sumpah serapah yang menyebutkan mulai dari hewan, kotoran dll.
Banyak deh hal-hal unik yang saya temui selam disini pokonya kalo di ceritaiin panjang lah. Walau ketemu hal-hal unik itu seru tapi saya juga kangen sama hal-hal lain misalnya, kadang ya gw yang udah terbiasa dengan kota yang panas suka bete kalo ujan terus, belon lagi kalo di angkot abangnya perasaan gw lemot gitu kurang memacu adrenailn jadi pas dulu w k kmpus naik angkot suka Geregetan jadinya Geregetan. Maslah teman ya itulah yang sebenaranya paling saya rindu dengan Bekasi, Saya kehilangan anak-anak yang suka menabung, yang suka membolang, yang suka baca buku2 unik, yang punya ide gila dalam menyelesaikan soal, dan saya kehilangan para pemimpi tangguh disini.
Entah belum ketemu atau bagaimana yang jelas tak saya jumpai disini..

Minggu, 28 November 2010

" I'm Like a Kite, I'm like a Hawk"

"Beranilah melawan arus, ingat sebuah layang-layang dapat terbang karena menentang, bukan mengikuti arah angin." -H. Mabie- 
Kalimat itu saya dapat dari renungan harian Manna Sorgawi edisi Desember, kali ini saya membeli renungan itu karena saran dari seorang teman saya yang berkata, banyak kata-kata mutiara yang bagus disana.
Sekarang saya bak layang-layang itu yang menentang, angin yang begitu kencang, bukan karena apa-apa namun sepertinya angin itu mencoba membawa saya menjauh dari pasion yang sudah seperti nadi dalam dirinya,.Terombang ambing angin yang tak jelas itu tidak enak rasanya. Lebih baik melawan walaupun letih, bingung dan penuh resiko.
Layang-layang ini melawan bukan karena ia tidak taat, melainkan karena ia ingin menunjukan jati diri sebenarnya. Tampil beda dengan yang sudah ada dan menunjukan ciri khas/karakteristiknya itulah tujuannya. Ia hanya ingin menyenangkan si pemilik yang ingin membuatnya terbang tinggi.

Dan akhirnya pergumulan layang-layang itu terjawab ,,,,
I'm like a Hawk
 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12:2 
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Yesaya 40:31
GoD Bless u all..

Senin, 22 November 2010

"School vs Learning"

Artikel tentang judul ini sebenernya udah lama pingin saya buat, tapi sekarang saya sudah mengebu-gebu sehabis membaca buku "Sekolah saja tidak pernah cukup" by Andrias Harefa. It's a nice book, ternyata yang ada diotak saya sekarang bukan cuma sekedar pendapat, mahasiswa tingkat 2 saja, bahkan orang-orang besar yang hanya saya kenal lewat nama dan karyanya juga memiliki pemikiran yang serupa.
Sekolah, ya tiap kita yang beruntung pasti pernah duduk dibangku sekolah, mandengarkan materi dari guru, mengerjakan tugas mandiri atau kelompok, ujian, dan akhirnya mendapatkan nilai itulah sekolah. Berbeda dengan belajar yang dalam bahasa inggrisnya "learning", belajar tidak perlu duduk dibangku sekolah, belajar tidak butuh biaya besar, belajar tidak untuk mendapatkan nilai, tapi belajar butuh kerja keras, semangat dan kemauan untuk bisa. Merubah diri menjadi lebih baik dan menyelesaikan problematika kehidupan itulah tujuan belajar. Parameternya bukan nilai, raport, NEM, IPK atau ijasah, melainkan kepuasan dalam diri anda karena telah bertransformasi menjadi "better person".
"mau dibawa kemana rumus ini?"
Itu semua hanya beberapa dari pendapat saya, lantas bagaimana dengan yang ada dilapangan?? ouh ternyata sangat tidak sesuai dengan harapan saya, dan terkadang saya juga 'terpaksa' melakukan konsep belajar disekolah karena itu tuntutan pasar. Disekolah sering dosen atau guru menjelaskan suatu materi yang terkadang beliau pun bingung dalam pengaplikasiannya. Saya ambil contoh ketika pelajaran matematika kelas 2sma saya mendapatkan materi tentang trigonometri, materi itu cukup sulit bagi saya dan sebagian teman-teman saya. Saat itu kami disuruh menghapal sekitar 20 rumus yang cukup panjang lalu merubah-rubah bentuk persamaan trigonometri tersebut dengan memadukan perbagai rumus, entah apa dan mau dibawa kemana trigonometri tersebut?! (hwakwkak kayak lagu ya). Saking sulitnya seorang teman saya bertanya kepada guru matematika tersebut "Bu buat apa sih kita beajar trigonometri ribet2 gini?" tanyanya dengan penuh rasa ingin tahu. Lalu guru tersebut berkata "Buat ngencer-ngencerin otak" jawab beliau dengan wajah yang agak bingung. Begitu juga di kelas manajemen keuamgan seorang dosen menjelaskan tentang definisi, sifat-sifat dan segala hal tentang sahm dan obligasi, anak-anak sekelas bisa dibuat paham oleh pengajarannya. Namun ketika seorang anak bertanya "Bu kalau anda disuruh memilih apa akan memilih obligasi atau saham?". Beliau cukup bingung dan agak kaget dengan pertanyaan itu lalu menjawabnya "Saya tidak tahu", dan malah beralih ke topik lain yang secara tidak langsung ingin menjawab pertanyaan itu namun beliau tidak tegas dalam menentukan pendapatnya. Itu hanya sebagian kecil dari kelemahan sekolah konvensional.Ya memang dapat dipahami bahwa sebenarnya guru dan dosen hanya manusia biasa yang  sama seperti kita banyak kekurangannya. Belum lagi dengan tindakan-tindakan seperti nyontek, meniru, memplagiat karya orang lain yang dihalalkan dalam dunia persekolahan. Dan saya juga pernah melakukannya karena tuntutan pasar yang begitu mendesak. Ingin keluar dari semua itu karena saya bosan dan setelah melakukannya terkadang hati terasa berat dan tidak mencapai maximum utility kalau dalam mikro ekonomi.
Begitulah dunia saat ini belajar disekolah sangat menjenuhkan. Ya, saya butuh refreshing dalam dunia belajar dan tidak hanya butuh sekolah biasa. Learning organization yang begitu dinamis mungkin itu yang saya butuh untuk belajar, tapi sulit menemukannya di tempat ini, background psikografis kami mungkin itu alasannya yang saya akan kemukakan di posting berikutnya. Thanks blogger to give me an opportunity to speak up..!
Muach..GBu:)

Jumat, 12 November 2010

-Who I am ?-

holla.. nama gw rebecca triana siahaan.. itu nama yang ada d ijazah dan akte gw. Tp gx da ya orang yang manggil w gtu scara lumayan panjang githu.. biasanya orang kalo mo cepaet manggil gw, kha, bek, ato reb.. hha tinggal dipisah pisah-pisah aja suku katanya gampang kan. Kalo mo yang lebih panjangan dikit lo bisa manggil w beka or ekaa.
Lahir sekitar 19th yang lalu di Ciledug, Tanggerang. tinggal dsana sekitar 3thn trus w berimigrasi ke Tambun, kecamatan yang cukup tenar di Kabupaten Bekasi, pokonya disana sebagian besar waktu dalam hidup gw w habiskan. So tempat itu banhyak banget kenangannya.
Secara sifat menurut w gak terlalu suka ngomong terutama sama orang yang baru dikenal. Saat tiba ditempat baru pasti w selalu merhatiin tingkah laku orang disana, gimana sikon dsb. Kadang susah bwt w percaya ama orang lain tapi sekalinya udah ceesan nih sama orang w bisa baik bangets, bgitu juga sebaliknya. Hal-hal yang w suka sebenernya ngobrol, baca buku dan discus tentang hal-hal baru. Tapi rada susah buat mulainya, kadang-kadang w suka benggong, melamun ato aplah kayak orang oon mungkin kata orang. Sebenernya klo gw lagi gtu ada somethin yang mengisi otak w, bkin w penasaran, dan harus kutemukan jawabannya.
Di waktu senggang w suka baca, tidur2an sambil berkhayal ato merencanakan sesuatu ato gambar2, design2 gtulah. Pada hakekatnya w ga mo diem, tapi bukan diem gerak tapi diem pikiran. Misalnya lagi ditengah orang banyak w suka merhatiin tingkah laku orang itu, merhatiin mimik muka, nguping pembicaraan ga senggaja de.el.el. W kurang suka ngelakuin apa yang gx w paham sepenuhnya, kadang kebanyakan nanya dalam hati, trus klo dipaksain suka jadi kurang maksimal hasilnya. Suka sama hal yang mendetail, kadang2 bkin ribet juga si tapi itulah saya.
So, Let's play wih me .. ^,~

Kamis, 11 November 2010

' Just want to say hii'

hai its my new blogg
hihi baru belajar nih bkin blog uy, sebenernya udah dari lama ada niatan, tapi baru sekarang terwujud
maklum aja ya kalo ada salah-salah kan namanya ja beginner
ya jadi begitulah. trusnya juga sekarang w kan baru selesai uts..hufft ya itung-itung buat rekreasi lah. Moga aja nih blogg bisa bermanfaat buat yang baca, yang liat dan buat gw ndiri juga sih itung belajar nulis artikel ato apalah namanya. Thanks yooo !! ;)